TERBARU
Mau coba journaling tahun 2024? Kalau masih bingung dengan apa yang bisa ditulis di jurnal, coba mulai dengan mengikuti journaling prompts ini.
Book & Journal Hour kembali hadir di Les Journaling, dan kali ini langsung untuk tiga bulan! Cek detail dan tema-tema lesnya di sini :)
Bulan Juli, Les Journaling mau ngajak buat ngulik lebih dalam tentang komunikasi 🗣️.
Keterampilan berkomunikasi, seberapa jago, atau seberapa kurang skill-nya, ngaruh banget ke hidup kita. Lewat eksplorasi dari buku Supercommunicators, ada banyak hal yang bisa kita ketahui sekaligus coba. Cek info lengkapnya di sini, ya.
Baru di Les Journaling! :) Sesi satu jam yang menggabungkan buku dan menulis jurnal. Cocok buat yang mau mengulik buku lebih dalam, melihat aksi apa yang bisa dicoba, sambil menggali insight dari diri sendiri.
Buku yang penuh dengan valuable insights, tips and tricks, dan kasih perspektif yang berbeda dari glorifikasi kemauan keras yang umum dipopulerkan.
Nggak nyangka buku business/leadership ini malah buat gue jadi buku yang paling ngajak healing. 5 bintang paling gampang yang gue kasih ke buku tahun ini.
Karena doyan bikin dan ngumpulin catatan aja ternyata nggak cukup…. Ayo sini, kenalan dengan metode Building a Second Brain (BaSB) biar lebih mindful saat bikin, nyimpan, ngedit, dan pakai catatan.
NEW VIDEO
JOURNALING
Pertanyaan tentang konsistensi ini paling sering gue terima sedari sebelum bikin Les Journaling, sampai sekarang. Gue pun termasuk orang yang kagum setiap lihat journal flip through yang sering ada di Instagram dan YouTube. Tapi sebelum buru-buru kepengin konsisten, coba cermati beberapa hal ini dulu.
Ada yang bilang journaling cukup dengan satu buku aja biar praktis, tapi ada juga yang bilang mending pakai beberapa buku biar lebih rapi pengelompokannya. Jadi gimana, kalau mau journaling perlu pakai berapa buku sih idealnya?
“Kak aku penasaran, jurnal yang udah ditulis masih suka dibaca ulang nggak?”
Pertanyaan itu, saya jawab di blog post ini ya :)
Buat yang nggak pernah atau jarang menulis, saat melihat jurnal bisa jadi malah memunculkan kebingungan. Apa saja yang ditulis? Hari-hari ya begini aja, dan kayaknya nggak ada yang bisa ditulis. Beberapa hal yang manjur buat saya, mungkin bisa juga kalian coba saat tertarik menulis jurnal. Silakan dicoba, ya!
Buat yang suka membaca dan ingin mengabadikan catatannya secara analog, sudah coba bikin reading journal?
Serupa tapi tak sama. Ada yang beda dari weekly digital planner untuk 2021 dibandingkan dengan pendahulunya. Cari tahu di sini link download dan contoh cara mengisinya, ya!
Menulis planner dan journaling versi digital nggak kalah seru loh dengan versi analognya. Mau mencoba? Download template gratisnya di sini!
Beli notebook impor untuk bullet journal di mana? Nggak sesusah itu kok mencarinya. Di Indonesia, ternyata juga ada beberapa penjual notebook impor dari brand-brand stationery yang sering kita lihat. Cek rekomendasinya di sini, ya.
Bullet journal terlanjur punya image yang repot. Banyak halaman yang perlu dibuat, perlu digambar-gambar, dan memakan waktu lama. Supaya nggak kewalahan sebelum mencoba, yuk ketahui dulu lima hal ini!
Nggak sedikit orang yang mengatakan bahwa rutin mempraktikkan morning pages yang dipopulerkan buku The Artist’s Way ini dapat mentransformasi hidup. Apakah dengan rutin menulis jurnal punya efek sedahsyat itu?
MEMBACA
Persiapan mengawali bulan dengan memilih buku seperti jadi momen reset. Oke, start bulan baru nih. Mau baca apa ya? Di sinilah diversifikasi bacaan mengambil kemudi.
Agak mengganjal rasanya kalau jumlah buku yang selesai dibaca seseorang dijadikan patokan. Apalagi kalau membandingkan jumlah buku yang kamu baca dengan jumlah buku yang saya baca. Itu pun rasanya tidak perlu, karena membaca bukan KPI yang angkanya harus naik terus tiap bulan/tahun.
Setelah baca buku di Kindle, lalu highlights-nya diapakan? Bisa dirapikan dan dikelompokkan, supaya gampang saat mau diolah sesuai selera. Mau "dimasak" jadi apa? Artikel? IG post? Masukkin ke presentasi? Bahan sharing session? Bahan ngajar? Atau bahan ngobrol?
Saat memilih hal-hal tertentu, terkadang saya punya satu kecenderungan: Memilih yang baru.
Selalu ada sesuatu yang memikat dari kebaruan.
Lebih bikin penasaran, lebih seru, dan lebih terlihat menawan.
Tapi bagaimana kalau sudah berjarak? Masih adakah kebaruan yang diburu?
Dari sekian banyak pembahasan menarik yang ditawarkan satu buku, nggak mungkin semuanya disebut dalam resensi. Di sinilah indeks buku membantu seperti filter yang menyaring informasi apa yang penting atau menarik untuk dipilih dan dibahas.
Ada pembaca yang bisa DNF bukunya dengan santai, tapi ada juga pembaca yang merasa bersalah kalau nggak selesai membaca satu buku. Sayang. Sayang uangnya. Sayang udah nungguin buku ini sampai sebulan. Apakah memang layak “disayang-sayang”?
Sebagian sudah beralih ke buku digital, sebagian masih suka dengan sensasi membaca yang ditawarkan buku fisik. Sebagian pun ada yang bingung. Jadi, sebaiknya pilih yang mana? Buku fisik atau buku digital?
Gimana cara beli buku digital di Kindle Store? Perlu pakai kartu kredit ya? Mahal banget dong ya perlu beli Kindle device-nya dulu. Tunggu, tunggu, nggak mesti gitu, kok. Beli buku digital dan membacanya nggak sesusah dan semahal yang dikira. Yuk, cari tahu di sini!
Ada yang membaca dan langsung menulis di bukunya, ada juga yang suka kalau bukunya terlihat bersih dan mulus. Yang pasti, ada alasan untuk masing-masing preferensi ini.
Buku dalam format audio berhasil menjadi alternatif menarik untuk para peminat cerita. Namun, apakah mendengarkan audiobook sama dengan membaca buku? Apa kelebihannya, dan apa kekurangannya?
Kori, kucing gue, punya anak. Dan itu ternyata mengubah cara gue pakai buku catatan sehari-hari.