Saya dan Buku, Dulu dan Sekarang

Rasanya, sekarang kita sedang dimasukkan ke dalam roda yang terus berputar. Seakan tanpa ba bi bu, banyak orang mengalami perubahan yang konstan. Situasi yang terus-menerus berubah, entah lebih baik, atau malah sebaliknya; beberapa adaptasi yang terus-menerus harus dilakukan untuk bertahan, dan nggak sedikit juga yang merasa cemas. Me included.

Mungkin ada yang jadi mencoba beragam coping mechanism untuk meredam kecemasan. I truly wish you already found what works for you.

For me, when it comes to difficult time like this, I immersed myself into books. Saya gonta-ganti bacaan, cari buku yang rasanya “pas”. Padahal, kalau mengingat diri yang dulu, relasi saya dan buku nggak persis begini.

Dulu, dari kecil sampai kuliah, membaca buku saya anggap hanya sebagai hiburan. Saya bisa menemukan sesuatu yang seru dari cerita-cerita yang dibaca. Seru, karena memang nggak terjadi di dunia nyata (fiksi, bahkan fantasi). Saya seperti diajak berimajinasi, membayangkan muncul dan terciptanya berbagai macam hal dari rajutan kata. Terhibur, karena saya dipertemukan penulis dengan karakter-karakter ciptaannya. Lagi-lagi, karakter-karakter unik itu juga nggak saya temukan di dunia nyata. Misalnya, mana mungkin saya ketemu Hagrid dan Buckbeak di dunia nyata? Teman sekelas juga nggak ada yang seperti Lupus.

Sekarang, saya baca buku, masih untuk mencari hiburan, tapi saya juga menambahkan beberapa “tugas” pada buku bacaan yang dipilih. Buku, saya pakai juga untuk belajar. Belajar mengenali diri sendiri, juga belajar untuk membekali diri saat berhadapan dengan beragam karakter dan sifat orang lain. Mencari tahu beragam informasi dari beragam isu/topik yang menurut saya penting juga dari buku. Sekarang, di masa pandemi seperti ini, saya mengandalkan buku sebagai salah satu sumber distraksi, seenggaknya supaya saya nggak mengingat atau membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk untuk sementara.

Buku saya cari dan saya konsumsi, untuk memberikan setitik peace of mind. Untuk mengingatkan diri agar mengarahkan fokus saya kembali pada hal-hal yang memang bisa dikontrol dan dijaga.

Beberapa buku yang saya pilih di antaranya:

  • Chatter by Ethan Kross. Untuk meredam inner voice yang cenderung negatif. Banyak tips di buku ini yang bisa dicoba. Salah satunya memberi jarak dengan melakukan journaling. Saat membaca Chatter, rasanya saya seperti mendapat validasi.

  • Komik untuk hiburan dan distraksi. Saya jadi membaca ulang beberapa komik favorit. Hai Miiko! yang menggemaskan, sampai Slam Dunk untuk sekadar lihat tingkah konyol Sakuragi.

  • Drive by Daniel H. Pink. Untuk melihat perspektif science tentang motivasi. Berguna, terpakai, dan beberapa toolkit-nya bisa dicoba di lingkup kerja (kalau mau). Menurut saya buku ini penting dibaca buat business owner, C level, leader, manager, HR people, dan semua individu yang ingin tahu sudut pandang lain tentang apa yang memotivasi kita.

  • Utopia for Realists by Rutger Bregman. Buku ini yang akan diobrolkan di Book Talk bareng Vis tanggal 23 Juli di Instagram Live. Kami berdua penasaran dengan ide dan definisi Utopia yang dibawa Bregman; apakah realistis dan cukup menggoda bagi para decision maker untuk mencobanya?

By the way, beberapa judul yang muncul ini pun perlu kalian timbang dan sesuaikan lagi ya. Karena dulu, faktor terbesar saya memilih buku adalah pilihan yang terpajang di rak best seller, new release, dan rekomendasi dari guru bahasa Indonesia, lalu kemudian booktuber yang saya ikuti. Bisa random sekali, nggak jelas dibaca buat apa karena hanya ngikut apa kata orang aja.

Sekarang, ya masih juga kadang terpikat dengan label best-seller atau new release, tapi masih dicocokkan dan untuk rekomendasi-rekomendasi yang masuk, nggak perlu langsung mentah-mentah ditelan atau diburu.

Sekarang, saya lebih mengutamakan apa yang saya butuh, atau apa yang saya ingin tahu. Kalau sesuai, rekomendasinya akan saya coba cari dan baca. Kalau nggak sesuai, ya tampung dulu, untuk ditengok di kemudian hari. Please treat my recommendations the same. Jangan langsung dianggap pasti bagus, apalagi dianggap mandat untuk segera diburu. Baca dulu sinopsis atau keterangan bukunya, dan tentukan apakah premis bukunya memang sesuai dengan yang kalian inginkan atau tidak. Semoga kalian bertemu buku yang terbaik yang sesuai dengan kondisi saat ini.

Jadi ada bedanya memang. Saya yang dulu hanya merasa fungsi buku dan cerita adalah hanya sebagai hiburan. It was all about entertainment. Must be fun, fun, and fun.

Namun, seiring berjalannya waktu, saya menemukan berbagai macam peran dari buku untuk saya dan mereka yang membutuhkannya.