Merapikan Highlights Setelah Membaca (Kindle Book)
Saya pembaca yang sering over-highlight. I’m fully aware of that, but couldn’t help it. Alhasil tiap habis baca, biasanya highlights dan notes saya ratusan jumlahnya. Dan itu hanya dari satu Kindle book.
Setiap buka highlights, kalau di-export dan kirim ke email bisa berhalaman-halaman, atau kalau buka di browser bisa panjang sekali dan perlu scroll down berkali-kali.
Merapikan highlights ini memang agak PR dan prosesnya nggak sebentar. Namun saya tahu, supaya semua gampang dipakai saat dibutuhkan, proses ini perlu saya lakukan. Ibarat lagi di restoran all you can eat yang bikin lupa diri ngambil makanan kebanyakan (uhuk), baca buku juga begitu. Saat pertama baca, banyak kalimat yang di-highlight. Yang nggak penting-penting amat ya saya highlight juga. Saat rapi-rapi ini baru deh kelihatan; mana yang perlu disimpan dan mana yang perlu dibuang.
Buat yang baca Kindle book juga, cara ini bisa dicoba dari komputer/laptop. Hanya bisa dilakukan kalau bukunya original, dan dibeli di situs Amazon ya.
1. Buka readwise.io/bookcision dari tab baru
Ikuti petunjuk yang ada di situ. Drag tombolnya ke bookmarks bar.
2. Kunjungi read.amazon.com/notebook
Kalau sudah masuk/login ke akun Amazon yang dipunya, nanti akan kelihatan buku-buku yang dipunya, lengkap dengan highlights dan notes-nya.
Pilih buku apa yang highlights-nya mau diunduh, lalu klik bookmark Bookcision yang tadi sudah ditambahkan.
Pilih download as plain text.
3. Copy paste highlights yang terunduh ke (note-taking) app yang digunakan
Untuk highlight buku, saya taruh di Roam Research. Bisa juga pakai Evernote, Notion, atau Apple Notes bawaan Macbook. Senyamannya saja pakai apa.
4. Baca ulang highlights dan lakukan tebang pilih
Harus teliti dan juga tega. Benar-benar difilter, mana yang memang menarik, bermanfaat, unik, mau saya baca ulang, mau saya coba, atau mau saya eksplor lebih jauh?
5. Highlights yang sudah terfilter sudah siap, tinggal “dimasak”
Kalau sudah rapi, sudah jelas ini masuk kategori apa, bahas topik apa, nyangkut ke buku apa (yang pernah dibaca), highlights ini seperti bahan masakan yang udah di-prep. Semacam daging yang udah dipotong-potong dan dimarinasi, bawang yang udah dicincang, garam dan gula yang takarannya udah diukur; tinggal dicampur untuk dimasak.
Highlights ini bisa “dimasak” jadi blog post, Instagram post, masukkin ke bahan ngajar, diselipkan sebagai support material saat presentasi, atau sesimpel bahan ngobrol bareng teman/gebetan/pacar/bos. Bebas.
Contoh di atas diambil dari buku Peak.
Saat nge-draft Catatan Baca: Peak, saya buka catatan highlights yang sudah rapi di kiri, lalu di kanan buka catatan untuk bikin blog post-nya.
Ngapain repot-repot gini? :))
Ya karena suka, dan ada manfaatnya. Kalau nggak suka, dan nggak dirasa ada faedahnya, saya juga mana sudi meribetkan diri seperti ini. Hahaha.
Dengan merapikan highlights, saya merasakan beberapa manfaat ini:
Inti dari bukunya makin nempel di otak karena dibaca ulang
Jadi mudah untuk connecting the dots: apa kaitannya yang saya baca ini dengan buku/materi lain yang pernah dikonsumsi. In a nutshell, filling the knowledge gap becomes fun this way. At least for me.
Gampang untuk cari dan pakai highlights ini kalau dibutuhkan.
Tentu perlu atau nggaknya merapikan highlights balik lagi ke diri masing-masing. Saya perlu, karena pengelompokan highlight yang rapi dan mudah diakses begini terpakai di area personal dan profesional. Namun, wajar juga kalau ada yang merasa nggak butuh karena hanya ingin membaca saja. Nggak apa-apa juga. Yang tahu sikonnya jelas diri sendiri. Apakah ini membantu, atau malah meribetkan hidup tanpa ada guna?