Catatan Baca: Willpower Doesn't Work (Benjamin Hardy)
Judul: Willpower Doesn’t Work, Discover the Hidden Keys to Success
Penulis: Benjamin Hardy
Penerbit: Hachette Books
Rating: 8/10
Book Description
In Willpower Doesn't Work, organizational psychologist and Medium.com's most-read writer, Benjamin Hardy, builds on copious existing research as well as his own experiences--to explain how lasting personal change, high performance, creativity. and productivity can occur only by strategically outsourcing your desired behavior to goal-enriching environments.
Hardy shows how small changes in our surroundings can lead to big changes: you'll learn how to regularly unplug and make big decisions outside of your routine environment, how you can embed "forcing functions" into your life for peak productivity and focus, how to rotate your environments frequently for optimal and ongoing energy, and many more strategies to proactively shape your world so you can consciously evolve into the person you want to become.
Sebelum Baca
Beli buku ini di Big Bad Wolf Tangerang karena gue tertarik dengan judulnya. Di video book haul ini, gue sempat bilang kalau saat lihat-lihat pilihan buku non-fiksi di BBW, ada juga “The Marshmallow Test” yang lebih menekankan tentang self-control, sedangkan “Willpower Doesn’t Work” ini justru sebagai antitesisnya. Ditambah lagi, gue memang percaya pengaruh lingkungan, suasana, terhadap seberapa produktif, seberapa kemajuan, dan seberapa besar potensi gol tercapai itu benar adanya. So that’s why I picked this book.
Sesudah Baca
Nggak banyak hal baru yang gue temukan di buku ini karena sebagian besar sudah tahu, dan sebagian juga sudah gue lakukan. Tapi, bukan berarti gue jadi nggak suka. Justru buku ini buat gue bisa mendorong untuk kembali memeriksa dengan lebih teliti beberapa faktor yang terlibat saat gue memutuskan berada di lingkungan yang seperti apa, sekaligus memberikan validasi (oh ya tentu, gue juga butuh validasi) atas beberapa keputusan yang sudah diambil.
Practical, full of actionable steps, walaupun ada beberapa situasi di mana gue merasa nggak bisa plek-ketiplek dilakukan atau ditiru semua orang. Kalau ngomongin seberapa bisa seseorang mengubah, mendesain, dan memilih lingkungannya, jelas faktor kuasa, finansial, kesadaran (diri sendiri maupun orang-orang di dalam sistem/lingkungan), dan keberuntungan juga punya andil.
Nggak semua orang bisa dengan mudah bisa bilang: “Oke, tempat ini bukan buat gue. Gue mau pindah aja.” Atau “Suasana di sini nggak oke, gue mau ubah semua!” Karena pasti ada pertanyaan dan gap baru yang perlu diisi: Mau pindah ke mana? Lingkungan yang baru seperti apa? Risikonya apa aja? Udah punya resource yang cukup untuk cover risiko saat memutuskan ini atau belum? Kalau diubah, perlu “nego” ke siapa aja? Ada stakeholders lain yang perlu gue ajak rembukan dulu atau nggak? Dan masih banyak lagi pertimbangan yang perlu dipikirkan.
Namun, buku ini buat gue tetap kasih valuable insights yang mendorong pembacanya untuk mengambil langkah, dan proaktif untuk menentukan apa yang sekiranya bisa membuat hidup jadi lebih baik.
Anatomi Buku
Buku ini dibagi ke dalam tiga bagian:
Your Environment Shapes You
How to Make Willpower Irrelevant
Outsource High Performance and Success to Your Environment
Dengan total 14 bab, susunan tiap babnya nggak begitu panjang, dan akhir babnya diberi summary singkat (buat gue terlalu singkat malah hahaha) yang sedikit membantu sebagai trigger list. Buat yang belum sempat bikin catatan, bisa cek ulang pembahasan yang dimau dari ringkasan di akhir babnya aja untuk refresh ingatan dan jadi lebih cepat mencari apa yang sekiranya perlu dibaca ulang.
Benjamin Hardy mengombinasikan pengalaman pribadi, cerita orang/tokoh publik, behavioral science, juga psikologi dalam tiap pembahasan babnya. Gue yang baca buku ini seperti jadi dapat best practice dari banyak orang yang balik lagi, belum tentu bisa diimplementasikan 100% sama (ya mana bisa juga), tapi seenggaknya melihat ada cara lain di luar apa yang dilanggengkan di lingkungan gue.
Notes
“Complete ‘free' will doesn’t exist. Sadar atau nggak, mau mengakuinya atau nggak, ada banyak variabel eksternal yang membentuk perilaku seseorang.
Misalnya:
Gue jadi mulai doyan ngopi karena lihat setiap hari orang di kantor gue dulu selalu jajan Starbucks.
Gue jadi membiasakan dan menormalkan lembur karena banyak yang lembur di kantor.
Gue jadi merasa harus nonton segala sesuatu yang baru tayang karena banyak yang mengobrolkan itu.
Tapi ya ada juga yang begini:
Gue jadi tergerak untuk olahraga karena teman-teman ada yang lagi semangat untuk balik ke gaya hidup sehatnya.
Gue jadi semangat buat belajar karena ada di lingkungan yang selalu haus untuk improve dan dapat ilmu baru.
Gue jadi selalu menantang kreativitas diri sendiri saat berada di sekitar orang-orang yang selalu bisa kasih ide-ide fresh.
Ya kabar baiknya adalah, walaupun pengaruhnya besar, variabel eksternal ini bukan penentu “nasib” permanen kita. Mendesain lingkungan, mau ada di mana, dan seperti apa environment yang dipunya adalah tanggung jawab setiap orang. Mau jadi orang yang seperti apa? Jawab dulu, lalu cek environment yang dipunya. Apakah udah match, atau ada yang bisa dikontrol dan diubah? Buat gue opsinya ujung-ujungnya ya dua ini:
Coba semakismal mungkin untuk mengubah environment yang sekarang. Ya ini jelas nggak gampang, apalagi kalau menyangkut banyak orang. Mengubah dan set boundary di rumah sendiri aja menantang kalau lo hidup dengan anggota keluarga yang lain, apalagi di luar rumah.
Kalau masih nggak bisa (you’re not in control for some things), udah dibolak-balik caranya, dicoba ini dan itu masih belum bisa juga, ya sudah, pindah. Consider to let go of things, persons, places that don’t match your desire and aspiration. Cari environment yang justru men-trigger lo untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan gol yang dimau, bukan malah ngendon diem weh di tempat yang bikin tambah jauh dari apa yang pengin diraih.
Buat gue intisari dari “Willpower Doesn’t Work” pada dasarnya adalah memupuk keberanian. Berani untuk mengambil aksi. Berani berubah, berani untuk negosiasi, berani untuk pindah, atau berani untuk melepas hal-hal yang nggak sejalan dengan value yang dipunya.
Buat gue buku ini juga seperti kritik untuk work culture yang ada sekarang, yang menuntut untuk going extra miles dan selalu available di luar jam kerja, dan sintingnya bahkan minta bisa dikontak saat cuti juga. Mengabaikan kebutuhan pekerja untuk istirahat atau punya waktu tenang yang cukup justru makin dilanggengkan dengan dalih cari kerja sekarang tuh susah, do your best dong. Lha kalau gitu mau waras juga susah dong?
Saat ada sistem/lingkungan yang bisa diubah menjadi lebih baik, yang “tertolong” bukan cuma satu-dua orang, tapi semua orang yang ada di dalamnya. Kalau bisa beresin sistem kerja satu toko, seluruh pegawai toko bisa kerja dengan lebih enak karena workflow-nya jelas. Kalau bisa establish sistem report and analysis di kantor, business decision yang diambil bisa lebih tajam dan terarah, dan efeknya bisa dirasakan semua tim di kantor. Kalau bisa bikin sistem pengajuan kerja sama yang efektif dan efisien, tujuan dan ekspektasi jelas, komunikasi bisa terjalin dengan baik tanpa membuang waktu lama untuk bolak-balik meeting. Saat bisa membiasakan untuk berdebat dengan “sehat” di keluarga, bukan tidak mungkin anak-anak bisa mencontoh dan jadi berani untuk speak up, bahkan beradu argumen dengan cara yang benar. Bukannya diam, manut, dan yes sir atau yes ma’am doang. You get the idea, I’m sure.
Kita yang sekarang adalah hasil dari kontribusi environment yang pernah ditempati, termasuk kontribusi dari orang-orang yang ada di dalamnya. Kemampuan dan kapasitas kita yang sekarang, level di mana kita berada sekarang bukan karena semata-mata kemampuan diri sendiri; melainkan ada andil orang lain juga di dalamnya.
Highlights
The plant and the soil
It doesn’t matter how much ambition or desire a certain plant may have to grow (or how much ambition you have to grow it!); if you don’t have the right soil, it can’t grow. The plant and the soil are both indispensable parts of the same goal. (p36)
Creativity timing
Creativity comes from making distinct and useful connections. Those connections can’t be made if you haven’t thought intensely and pushed yourself deep into a project or problem, then rested. The mental and creative pearl won’t happen while you’re at your desk, but while you’re resting. (p45–46)
Distraction and rest
In most environments, you must remain conscious of what you’re doing, and thus you must use willpower to act in desired ways. That’s because most environments are optimized for distraction, not high performance or recovery. (p47)
In today’s highly demanding, nonstop, and overstimulating environment, taking the time to reset, rest, and recover has never been rarer yet more essential. (p48)
journaling
Write down the key changes you need to make to achieve your dreams and ideals. Write down everything that comes to mind.
The purpose of this writing is for you to get clarity and to reestablish your priorities and focus.
If you can’t be honest in your own journal, how can you expect to be honest in the rest of your life? (p61)
the importance of Morning routine
The key purpose of a morning routine is to put first things first. To focus on the important stuff in your life, rather than the urgent. (p71)
you will face difficulties
Becoming a better person is difficult. You are where you are because of who you are. Your environment is a product of you. You’re the magnet pulling in the patterns. If someone outside of you were to change your environment for you, you’d quickly find yourself in the same station you are now. Hence, most people who win the lottery quickly return to their poverty. (p78)
Fewer choices
The fewer choices you have to make, the more powerful your choices will be. Eliminate all potential options that serve as nothing more than distractions. (p86)
Should you remove important people from your life?
Removing important people, such as friends and even family members, from your life can be very difficult. This doesn't mean you must permanently banish them, especially those you want to help and support; you just have to establish boundaries that keep you both from adapting negatively. The truth is, you'll never be able to force them to change. According to Strategic Coach founder Dan Sullivan, the best thing you can do is be a good example for them. And you can't be a good example by living below the level you believe you should. (p88)
You need other people
You can't change your life on your own. You need other people. You need to learn to trust others. Transformation can only occur through collaboration, which requires two or more people. (p108)
Implementation Intentions
Implementation intentions come down to knowing ahead of time exactly what you'll do if you veer off course, as well as defining precisely what veering off course means for you. It's planning to fail so you can proactively respond. One way to apply implementation intentions is to predetermine the conditions in which you will quit working toward your goal. (p111)
Reset
This principle of compressing the adapting process applies to all walks of life. In the phenomenal book The Life-Changing Magic of Tidying Up, Marie Kondo explains that the only was to truly overcome the addiction to consumption is by removing all of the clutter from your environment in one fell swoop. You need to reset the environment, rather than continually trying to manage a broken system. What have you been avoiding taking action on? What swimming pools are you tiptoeing your way into? Are you compounding the pain by overly focusing on your fears? (p152)
“Clarity”
…, clarity does not mean you have it all figured out. It means you’re clear on the next step or two.
Journaling Prompts
Ada banyak journaling prompts yang bisa dicoba dari Willpower Doesn’t Work. Tapi menurut gue bisa mulai dari lima ini dulu:
Apa yang gue mau? Bisa pakai formula yang Benjamin Hardy sebut di buku ini: Goal, by [date]. Contoh:
Pengin naik jabatan di bulan Oktober ini.
Bisa nambah frekuensi workout (jadi X kali per minggu) di bulan September.
Punya dana darurat Rp200 juta di akhir tahun.
Bayangin kira-kira apa aja halangan yang bisa muncul saat mau meraih goal yang lo tulis. Tulis aja semuanya.
Sekarang, coba siapin if-then response-nya. Contoh:
Kalau gue tergoda mau bolos workout, gue bakal chat Personal Trainer gue biar dia “nerror” gue sampai gue beneran datang ke gym.
Kalau gue pengin ngeluarin duit dalam jumlah banyak untuk online shopping, gue bakal langsung matiin hape dan wifi, dan jalan kaki dulu muterin kompleks dulu biar kalem.
Tentuin kondisi kapan lo mau berhenti. Contoh:
Gue bakal berhenti workout kalau tangan kaki gue cedera.
Gue bakal cari pekerjaan lain kalau ternyata nggak ada career path dan review timeline yang jelas di perusahaan yang sekarang.
Kalau bisa reset satu area di dalam hidup, mana yang bakal di-reset duluan? Kenapa?
Apa lagi yang bakal ditemuin di buku ini?
Facing difficult emotions
Embracing the unknowns
Implementating tips for what we’ve learned
Perspective on “nine-to-five” work
Being mindful
Why we need collaborations
Further Readings
“Finding Your Own North Star” by Martha Beck
“The Upside of Stress” by Kelly McGonigal