Persiapan mengawali bulan dengan memilih buku seperti jadi momen reset. Oke, start bulan baru nih. Mau baca apa ya? Di sinilah diversifikasi bacaan mengambil kemudi.
Read MoreKalau dibandingkan dengan buku-buku lain yang dipunya sekarang, buku ini memang yang paling murah. Secara rupiah, memang dia berada di posisi paling bawah, tapi secara nilai, buku ini ada di peringkat pertama.
Read MoreTempat sering saya asosiasikan dengan memori. Kapan pergi ke sana, dengan siapa, naik apa, kenapa memilih tempat itu di antara kandidat lainnya, sampai makan apa di sana. Saat menikmati cerita fiksi, saya pun melakukan pendekatan yang kurang lebih sama. Terutama saat tempat dalam cerita jadi salah satu elemen yang membuat ceritanya istimewa.
Read MoreSaya selalu berhasil dibuat kagum berulang kali dengan cerita drama Korea. Hampir semua yang sudah ditonton seperti punya magnet; menarik saya masuk ke dalam alur cerita dengan begitu lihainya. Salah satu daya pikatnya, apa lagi kalau bukan pesona karakter-karakternya.
Read MoreAgak mengganjal rasanya kalau jumlah buku yang selesai dibaca seseorang dijadikan patokan. Apalagi kalau membandingkan jumlah buku yang kamu baca dengan jumlah buku yang saya baca. Itu pun rasanya tidak perlu, karena membaca bukan KPI yang angkanya harus naik terus tiap bulan/tahun.
Read MoreSaking personalnya pengalaman membaca seseorang, saat ditanya siapa penulis favorit yang meninggalkan kesan lebih—lebih dalam, lebih diingat, lebih membekas—jawabannya mungkin akan beragam. Saat menanyakan hal yang sama, tanpa lama, satu nama ini yang saya pilih.
Read MoreKalau ada yang sudah baca buku puisi dari A sampai Z, saya mungkin baru mentok di C. Makanya saya salut bukan main dengan Sintia yang menemukan kenikmatan dari membaca buku puisi. Apa yang bikin Sintia suka dengan puisi? Dan apa yang biasanya dia lakukan saat membaca puisi?
Read MoreSemakin bertambahnya umur, semakin besar juga keinginan saya untuk punya perpustakaan pribadi. Kalau dulu target ini hanya mimpi ngayal semata, sekarang sudah makin jelas apa yang dimau. Setidaknya, ada rencana inginnya seperti apa. Kalau bisa mencapai target A saya tentu senang, tapi kalau di tengah jalan harus downgrade ke B ya saya pun tak apa.
Read MoreSaat saya lihat-lihat lagi, buku fiksi yang muncul di blog ini baru ada satu. Oke, ini tantangan baru agar saat 2021 selesai, setidaknya ada enam blog post tentang buku fiksi lagi yang muncul di sini. Begitu banyak buku fiksi bagus, saya pasti bisa memilih satu-dua tiap bulannya.
Untuk mengawalinya, saya ingin memperkenalkan dua buku fiksi yang masih fresh alias belum lama ini selesai dibaca: Potret Keluarga dan Kokokan Mencari Arumbawangi.
Read MoreAndai nggak ada buku, berarti cara belajar sekaligus cara saya mendapatkan hiburan pun mungkin akan berbeda. Kalau dibayangkan, sulit sekali mencari alternatif lainnya. Aneh sekali.
Read MoreSaat “merumuskan” apa yang dianggap nyaman, definisi dari kata nyaman itu sendiri jadi dipertanyakan. Nyaman yang seperti apa? Apakah nyaman yang diartikan segar, sehat, sedap, sejuk, atau enak seperti yang ada di KBBI? Rasanya kalau itu kurang pas untuk diaplikasikan pada kondisi setelah seseorang membaca buku.
Read MoreThe only constant in life is change. Termasuk, relasi saya dengan buku. Kalau dulu buku hanya saya anggap sebagai salah satu hiburan, sekarang banyak "peran” yang disematkan padanya.
Read MoreDi beberapa tempat kerja, ada perusahaan yang membuat mentoring program. Ada leader yang secara berkala memberi pelatihan atau berbagi pada anggota timnya dan sudah dianggap seperti mentor. Ada juga yang mengundang trainer dari luar perusahaan untuk memberi pelatihan di kantor. Tapi, kalau tidak mendapat semua itu, “mentor” juga bisa ditemukan melalui buku.
Read MoreSaat memilih hal-hal tertentu, terkadang saya punya satu kecenderungan: Memilih yang baru.
Selalu ada sesuatu yang memikat dari kebaruan.
Lebih bikin penasaran, lebih seru, dan lebih terlihat menawan.
Tapi bagaimana kalau sudah berjarak? Masih adakah kebaruan yang diburu?
Read More“Lo ngerasa nggak sih, karena pandemi yang panjang gini, cari teman itu jadi lebih susah?”
Pertanyaan itu muncul di suatu obrolan sore, yang tanpa disadari topik pembicaraannya berangsur-angsur menjurus ke interaksi sosial. Dari mencari teman, sampai kebutuhan akan dosis interaksi dengan orang lain yang makin tinggi karena gerak masih terbatas.
Read More