Lima Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Memulai Bullet Journal
Sebenarnya saya paling nggak suka direpotkan.
Silakan coba sebut beberapa aktivitas seru yang menurut kamu menarik. Saya bisa dengan cepat membalas kenapa pilihan kamu itu merepotkan, tapi waktu saya share proses pembuatan bullet journal 2020 di awal tahun, ada beberapa teman yang bertanya dan berkomentar di DM Instagram. Mereka menuliskan hal yang mirip, “Kok repot banget, Griss?”
JENG-JENG…
Jadi ini toh rasanya dibilang repot saat melakukan sesuatu yang disuka. Hahaha. *Ajak salim satu-satu*
Pengalaman set up bujo di awal tahun itu jadi pengingat yang menancap di kepala dan bikin “bangun”. Repot atau nggaknya suatu aktivitas itu memang relatif. Saya perlu ingat itu. Yang repot buat saya, belum tentu repot buat orang lain. Begitu juga sebaliknya.
Namun, ada juga teman-teman yang jadi tertarik untuk mencoba bullet journal setiap saya share beberapa spread yang sudah dibuat. Ada yang senang melihatnya, tapi segan untuk mencoba. Ada juga yang mau coba tapi bingung mulai dari mana. Buat yang tertarik, atau yang sudah pernah mencoba bikin, bullet journal memang udah terlanjur punya image yang repot. Banyak yang perlu dibuat, dan banyak yang perlu dipelajari. Biar nggak kewalahan sebelum mencoba, lima hal ini perlu diketahui dulu. Semoga membantu!
1. Pahami metode bullet journal-nya
Memahami metode ini hanya sebagai bekal awal saja. Supaya ada gambaran, apa itu bullet journal, apa fungsinya, apa saja yang bisa dibuat, dan bagaimana cara pakainya.
Sebagai gambaran awal, bullet journal adalah metode yang menggabungkan produktivitas, mindfulness, dan intensi ke dalam sistem yang fleksibel dan memiliki guna. Saat melakukan metode ini, salah satu manfaatnya yang bikin saya masih menjalankannya sampai sekarang adalah hidup yang lebih teratur, dan muncul kebiasaan tebang pilih. Aktivitas, informasi, kebiasaan yang nggak ada gunanya, karena kelihatan dan bisa diseleksi, bisa dicoret seketika. Halaman-halamannya membantu agar apa yang saya kerjakan lebih jelas, terarah.
Coba tonton beberapa video referensi bullet journal. Walau saya sangat menyarankan ini, pastikan untuk membatasi jumlah video yang ditonton, ya. Empat video sudah cukup sebagai bekal awal, kok. Hati-hati, jangan keterusan nonton sampai berjam-jam. Believe me, the basic concepts that you will find are all the same. Hanya bentuknya saja ya beda-beda saat dituliskan di atas kertas.
Untuk memulai, ini rekomendasi saya:
How to Bullet Journal (by Ryder Carroll, the creator of Bullet Journal)
The Bullet Journal Method by Ryder Carroll (by Productivity Game, great explanation with animated video)
My 2020 Bullet Journal Setup (by Amanda Rach Lee. If you love to doodle, watch this)
Bullet Journal in a Hobonichi Cousin (by Yukiko Sakamura. If you want to try bujo in a planner, watch this)
2. Mau dipakai untuk apa?
Setelahnya, kita perlu menentukan bullet journal ini akan dipakai di area yang mana. Pekerjaan? Personal? Atau untuk semuanya alias all in one? Ini berpengaruh banget untuk menentukan spread apa yang perlu kita buat di dalamnya.
Misalnya, kalau ingin menggabungkan urusan pekerjaan dan personal dalam satu halaman, diakali dengan memberi garis atau batas di porsi to-do-list. Atau kalau ingin lebih jelas lagi, bisa juga pakai color code untuk membedakan: Pulpen biru untuk pekerjaan, pulpen hitam untuk personal. Buat yang nggak ingin kecampur antara urusan kerja dan personal, gunakan dua notebook sekaligus ya bisa juga. Notebook yang ukurannya lebih besar atau yang punya halaman lebih banyak digunakan untuk area yang lebih informasi dan tugasnya lebih banyak.
3. Nggak perlu jago gambar untuk bikin bullet journal
Perlu bisa gambar ini jadi miskonsepsi yang sering muncul dan kadang mengintimidasi orang-orang yang belum pernah coba. Kalau nggak bisa gambar dan dihias-hias seperti yang dilihat di Instagram, YouTube, dan Pinterest ya nggak apa-apa. Nggak ada pengaruhnya.
Tenang saja, bullet journal lebih menekankan ke fungsinya untuk membantu hidup, kok. Namun, kalau suka gambar dan ingin pakai bullet journal untuk menyalurkan kreativitas, dan berekspresi, lakukanlah. Draw, paint, put those stickers on.
Kalau saya, karena sadar diri nggak jago gambar, isi bullet journal saya didominasi dengan halaman minimalis. Contohnya bisa dilihat seperti yang saya buat untuk bulan Juni ini.
4. Nggak semua spread yang dilihat perlu dibuat
Kalau mengikuti apa pun yang orang lain lakukan, efeknya belum tentu sama saat kita lakukan. Kalau belum tahu dan masih ingin coba-coba, nggak apa-apa ikuti dulu. Seiring berjalannya waktu, saat sudah dijalani, sekali, dua kali, atau lebih, kemungkinan besar muncul kesadaran kalau nggak semua spread yang kita contoh dari orang lain itu berguna untuk aktivitas sehari-hari.
5. Mulai dengan yang simpel
Buat yang pertama kali membuat bullet journal, bisa merasa kewalahan karena banyak halaman yang perlu dibuat. Nggak perlu kaya gitu. Bisa mulai dulu dengan yang paling simpel. Bisa mulai dari monthly calendar dulu, misalnya. Atau bikin habit tracker. Coba mulai dengan simpel. Pakai selama satu atau dua minggu. Lihat, apakah bisa enjoy dan bisa ditambah dengan membuat halaman yang lain.
Mulai dengan yang simpel ini juga berlaku untuk peralatan yang digunakan. Kalau baru mau bikin, cukup sediakan:
Notebook/binder/kertas.
Pulpen
Opsional: penggaris kalau mau lebih rapi
Opsional: Brush pen atau spidol untuk menulis judul sehingga lebih menonjol
Banyak orang, termasuk saya, sudah punya beberapa merek notebook, dan pulpen yang disuka. Sama seperti poin keempat, untuk hal ini pun nggak perlu diikuti, kok. Bukan suatu keharusan kalau bikin bullet journal baru afdol kalo pakai notebook merek A/B/C. Nggak gitu juga. Ini masalah selera, kenyamanan, dan pastinya perlu disesuaikan dengan bujet masing-masing. Nggak usah bela-belain kudu beli merek tertentu kalau malah bikin uang jajan tekor, ya.
***
Salah satu keunggulan bullet journal adalah sistemnya yang sangat fleksibel. Kita bisa mengubah, menyesuaikan, dan membuat halaman-halamannya sesuai dengan kebutuhan. Itulah yang membuat bullet journal terasa unik, karena walau mirip, yang saya bikin dan yang kamu bikin pasti ada bedanya. It takes time to make the spreads, sure. But for me, the benefits overcome all the hassle. Lalu pada dasarnya, saya memang doyan nulis dan corat-coret di buku. Jadi ya cocok banget dengan sistem ini.
Buat yang tertarik coba, nggak perlu dipikirkan terlalu lama. Tonton video referensi, cari notebook, ambil pulpen, dan mulai dari yang simpel. Setelahnya tinggal di-review, dan sesuaikan lagi untuk memenuhi kebutuhan. Happy bujo-ing!