31-Day Writing Challenge
Post ini adalah ajakan untuk kita semua (bagi yang mau saja tentunya), untuk memulai 2022 dengan menulis selama 31 hari.
Inspirasi challenge ini datang dari obrolan seusai Non-Fiction Session bersama Cica, Vis, dan Uda Aldo. Dari obrolan A-Z itu, Uda sempat mengatakan kalau menulis adalah salah satu legacy yang bisa kita tinggalkan ke generasi berikutnya, cara kita mengabadikan memori dan peristiwa, yang saya sangat amini.
Mendokumentasikan apa yang terjadi, apa yang terlintas di dalam pikiran selama ini sering saya lakukan di jurnal, entah itu jurnal pribadi, atau jurnal membaca. Tentu, menulis jurnal untuk kebutuhan dan konsumsi pribadi akan tetap saya lakukan pada tahun 2022. Namun, kalau ditelusuri lagi, banyak sebenarnya yang bisa ditulis dan dibagikan untuk publik.
Saya juga jadi teringat tulisan Mas Budi di Trocoh yang didiskusikan pada KEBAB bulan ini. Salah satu tulisan Mas Budi yang berjudul "Kepada Donald di Mana Pun Berada" membantu seorang anak yang ingin mengenal mendiang ayah dari kaset-kaset peninggalannya. Siapa yang mengira kalau satu blog post yang menceritakan Nirvana bisa memberi kucuran harapan bagi seorang anak agar bisa lebih “dekat” dengan ayahnya? Bukti nyata bahwa tulisan bisa bekerja dengan cara dan waktunya tersendiri.
Menulis sendiri adalah upaya untuk merapikan isi pikiran kita yang bisa saja nano-nano rasa dan isinya. Dengan menulis, mau tak mau kita jadi membangunkan System 2 (pinjem istilah Opa Kahneman), memberi effort ekstra untuk menata, mencari korelasi, mencerna, atau bahkan membuat dugaan dan merumuskan pertanyaan dengan lebih baik.
Writing organizes and clarifies our thoughts. Writing is how we think our way into a subject and make it our own. Writing enables us to find out what we know—and what we don’t know—about whatever we’re trying to learn.
William Zinsser, Writing to Learn (p. 20).
Tahun 2021, saya, Hestia, dan Sintia pernah menulis satu minggu sekali selama kurang lebih 4 bulan, dan menghasilkan 15 blog post. Namun, kali ini saya ingin menaikkan frekuensinya menjadi satu hari sekali. Sengaja ingin menambah kuantitas, agar writing muscle dan kebiasaan menulis semakin terbentuk. Tidak perlu mengejar kesempurnaa yang tidak ada itu, saya pribadi mementingkan agar diri jadi terbiasa.
Tulisan yang saya maksud di sini bukan hanya tulisan berbentuk reportase yang panjangnya 2.000 kata. Mau tulisan pendek juga tak apa.
Mau menulis pendek dalam bentuk Twitter thread? Bisa.
Mau bikin tiga paragraf untuk diunggah di Facebook post? Bisa juga (serius nanya tapi: masih pakai Facebook nggak? Saya jujur paling jarang pakai yang itu).
Mau bikin caption panjang di Instagram sampai mentok? Jelas bisa (kalau ini saya paling sering hahaha).
Mau menulis panjang seperti bikin cerpen atau esai di blog? Ya bisa juga.
Saya sengaja tidak ingin membuat writing prompt yang terlalu spesifik. Anggap saja yang ada di bawah ini adalah trigger list. Mau diarahkan seperti apa, mau ditarik ke mana, biar masing-masing dari kita yang jadi nahkodanya.
Memories
Conversation with myself
Uniqueness
Habits
Pandemic
Writing
Comparison
Communication
Leadership
Consistency
Priority
Community
Literacy
Security
Focus
Influence
Goals
Purpose
Flow
Learning
Failure
Boundaries
Culture
Passion
Recent read
… is better than …
Social media
Story
Favorites
Apakah hanya pakai satu platform saja?
Bebas. Bisa pakai platform apa pun yang disuka, selama tulisannya bisa dibaca orang lain: Blog, Twitter, Facebook, Instagram, atau platform lain yang disuka bisa kamu pilih.
Mau gonti-ganti hari ini menulis di IG story, besok bikin thread di Twitter, besoknya lagi di blog pun boleh-boleh saja. Tidak ada keharusan harus stick dengan satu platform.
Apakah tulisannya harus berupa review buku?
Tentu tidak. Karena akun media sosial dan blog saya membahas buku, bukan berarti isi tulisan untuk tantangan menulis ini harus berupa resensi buku semua.
Trigger list yang ada bisa dikaitkan dengan berbagai macam hal, minat, tujuan, dan pengalaman kita masing-masing, tidak harus dicari kaitannya dengan buku bacaan. Namun, kalau memang ingin dibuat terkait dengan buku ya bisa juga. Intinya, kita bebas meracik tulisan sesuai selera masing-masing.
Contoh: tanggal 5 saya memilih tema “uniqueness”.
Keunikan apa yang mau ditulis?
Seseorang bisa menulis keunikan dari karakter drama Korea yang dia suka.
Ada juga yang bisa menulis keunikan dari sepiring nasi goreng buatan ibunya.
Mungkin ada yang ingin menulis keunikan bos di tempat kerja, yang perkataan dan tingkah lakunya nggak ada duanya.
Bisa jadi ada yang ingin menulis keunikan hewan peliharaan yang setiap hari mengundang tawa.
Saya mungkin akan mempertimbangkan untuk menulis keunikan kertas Hobonochi yang bisa bikin banyak journal and planner enthusiast tergila-gila dengannya.
Banyak sekali variasi, banyak sekali tulisan yang bisa lahir dari satu kata pemicu. Silakan dieksplorasi, dan ditarik ke sana ke sini sesuka hati.
Apakah harus berurutan sesuai trigger list?
Sebaiknya iya, supaya semangat kolektif menulisnya terasa. *salaman
Tolong saling menguatkan kita ya.
Apakah harus menulis setiap hari?
Tidak ada yang harus. Kalau ingin, bisa coba menantang diri: apakah saya bisa konsisten menulis selama 31 hari? Tapi kalau tidak bisa, atau tidak ingin, ya tidak apa-apa.
Atau, mau menulis di tanggal/tema tertentu? Begitu juga tidak apa-apa.
Tulisan saya sudah diunggah, lalu apa?
Tambah #31daywritingchallengeid (kasih id ya, biar ngeh ini tulisan dari kita-kita orang Indonesia) kalau tulisannya diunggah di media sosial supaya mudah ditemukan juga oleh orang lain.
Cari tulisan orang lain, ayo saling baca, saling meninggalkan komentar dan menyemangati.
Buat Twitter thread, Instagram Guides, atau Instagram Highlight untuk mengumpulkan tulisannya.
Bisa mention atau tag saya di media sosial (@imgriss di Instagram dan Twitter), I would love to read/leave comment/retweet/reshare some of your writings!
Lalu mari kita pakai kacamata seorang pengamat.
Setelah Januari 2022 berlalu, setelah 31 tulisan sudah terunggah, apakah kita menemukan hal yang baru dari perjalanan sebulan ini? (eh, bisa jadi bahan tulisan juga ini ya).
Happy writing! Mari kita temukan lagi serunya menulis di bulan Januari!